Sakit Syaraf pada Otak, Lebih Kebal Terhadap Kanker

Penyakit kanker seakan–akan semakin menjadi epidemi dengan semakin bertambahnya jumlah penderita kanker di dunia. Memang setiap orang memiliki resiko terkena kanker, namun ada beberapa faktor yang dapat meminimalkan pertumbuhannya. Sebuah penemuan baru menyatakan bahwa penyakit langka yang melemahkan otak ternyata lebih terlindungi dari penyakit kanker.

Penelitian tersebut dilakukan oleh pakar dari Swedia yang pada akhirnya menyimpulkan bahwa pasien yang menderita penyakit huntington memiliki resiko yang lebih rendah terserang kanker dan tumor dibanding kebanyakan orang. Penyakit huntington adalah kelainan genetik yang merusak syaraf, sehingga mempengaruhi koordinasi otot yang menyebabkan kepikunan. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang termasuk ke dalam jenis penyakit polyglutamine.

Penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa penderita penyakit polyglutamine lebih sedikit yang terkena kanker. Polyglutamine adalah penyakit berupa gangguan kerusakan syaraf langka akibat pengaruh genetik yang melibatkan pengulangan unsur-unsur tertentu dalam gen. Gangguan ini menyebabkan protein yang rusak tertimbun didalam sel sehingga menyebabkan kerusakan.

Sedangkan penyakit polyglutamine yang berkaitan dengan penurunan resiko kanker diantaranya, penyakit huntington, spinobulbar muscular atrophy (SBMA), atrofi dentatorubral dan pallidoluysian, serta enam jenis spinocerebella ataxia. Penelitian mengenai hal ini dimuat dalam jurnal The Lancest Oncologyg. Para peneliti dari Universitas Lund menganalisis data ruumah sakit Swedia pada tahun 1969 hingga 2008. Peneliti mengamati 1510 pasien penyakit huntington, 471 SBMA, dan 3425 pasien ataksia karena keturunan. Semua pasien telah mengidap penyakit tersebut selama 50 tahun.

Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa tingkat kejadian kanker secara signifikan lebih rendah di antara pasien polyglutamine dibanding populasi umum. Namun mekanisme di balik efek protekif terhadap kanker masih belum jelas dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini pun menarik para peneliti dari Cancer Research UK. Peneliian selanjutnya di laboratorium diharapkan dapat membantu unttuk mengetahuinya lebih lanjut.